Harga : Rp.35,000
Alamat : JL.BALAI DESA NO 28 JATI RASA,JATIASIH BEKASI
wa : 085669256889
JUAL KOPI.Petani kopi berteriak karena jatuhnya harga biji kopi kering. Selain itu, terburu-buru untuk mengimpor kopi telah menyakiti petani lokal semakin banyak, meskipun sektor kopi baru-baru ini membuat kemajuan pesat.
Nasib produsen kopi Nusantara di wilayah tersebut justru menggerus kopi impor. Itulah yang sedang diujicobakan oleh Sudirman: petani kopi suku Desa IV Menanti, distrik Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Sudirman dan petani lainnya berteriak pada kesulitan.
Rendahnya harga jual biji kopi di Bengkulu dalam beberapa bulan terakhir telah mendorong sejumlah petani di wilayah tersebut untuk memotong kopi di kebun mereka. Sudirman tidak terkecuali. "Ini adalah bentuk protes terhadap rendahnya harga jual biji kopi kering di tingkat petani," kata Sudirman, Selasa.
Sudirman mengakui bahwa harga biji kopi kering saat ini adalah 15.000 rupee per kilogram dan telah naik dari 22.000 rupee per kilogram. Turunnya harga jual biji kopi memiliki efek meringankan moral para produsen kopi.
Turunnya harga jual biji kopi di tingkat petani berdampak besar pada kehidupan mereka. Belum lagi bahwa produksi biji kopi yang dihasilkan oleh kebun mereka juga menurun karena kondisi cuaca.
Menurut informasi yang diterima di Sudirman, penurunan harga kopi disebabkan oleh masuknya kopi dari Vietnam, yang telah mengekspor kembali produsen kopi ke luar negeri. Pengusaha lebih menyukai kopi Vietnam karena harganya lebih rendah dan kualitasnya sama dengan yang diproduksi oleh petani Indonesia.
"Berdasarkan informasi yang kami terima, banyak kopi yang diimpor dari Vietnam telah masuk ke Indonesia dengan harga murah, sehingga kopi lokal telah hilang, tetapi benar atau tidak, kami belum tahu," kata Sudirman.
Selain mengeluh tentang harga yang lebih rendah, petani di wilayah tersebut juga khawatir bahwa banyak pengumpul tidak membeli kopi. Bahkan jika seseorang membelinya, itu tidak membayar segera tetapi menunggu kopi dibeli oleh kafe. Bahkan, sebagian besar upaya untuk menjadi petani kopi dilakukan oleh penduduk setempat dan telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh orang tua mereka.
Rendahnya harga jual biji kopi kali ini mendorong petani beralih ke berbagai jenis sayuran, yang saat ini mahal. Sebut saja cabai merah, cabai rawit dan banyak jenis sayuran lain yang memiliki harga tinggi. Jika harga kopi terus turun, mungkin saja mereka beralih ke tanaman dan jenis tanaman lainnya.
Masuknya kopi impor ke Indonesia juga tidak menguntungkan, menurut Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung. Tidak hanya di Bengkulu, kopi Vietnam juga umum di Lampung.
Presiden AEKI Lampung, Juprius, mengatakan dia kecewa dengan keberadaan kopi Vietnam. Menurutnya, harga kopi yang semakin rendah menghambat petani. Jika harga terus turun, itu memalukan bagi produsen kopi Lampung, kata Juprius belum lama ini.
Hingga akhir Juli, harga kopi Lampung turun 30%. Harga kopi sebelumnya 25.000 rupee per kilogram, tetapi turun menjadi 18.000 rupee per kilogram. Untuk membantu petani, ia terus berkoordinasi dengan pemerintah provinsi Lampung (Premprov) untuk menghentikan impor kopi.
"Para importir perlu berkonsultasi dengan pemerintah provinsi untuk menentukan alasan impor, ketidakhadiran mereka, untuk membantu petani kami mendapatkan harga yang baik," kata Juprius.
Dalam hal ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ingin ekonomi skala produsen kopi diperkuat melalui platform komersial, terutama koperasi. Kemenkop dan UKM sekarang membuat petani sadar akan kopi sebagai sebuah industri. Dengan demikian, petani akan menyadari bahwa mereka ada di ekosistem dan memainkan peran penting dalam proses pemasaran kopi.
Produsen kopi, walaupun hanya dengan menawarkan produksi terbatas, akan kesulitan bersaing untuk mendapatkan harga tinggi. Lebih baik bagi petani skala kecil untuk mengumpulkan dan menjual produk mereka melalui koperasi. Skala ekonomi adalah
Baca juga:
Reviews:
Posting Komentar